Selasa, 11 September 2012

AKIBAT DAN BAHAYANYA BILA TIDAK BERTAREKAT

4 komentar

AKIBAT DAN BAHAYANYA BILA TIDAK BERTAREKAT
Oleh : Saifuddin, M.A
Posted by Saifuddin, M.A : Selasa, 11 September 2012

Tanya : Apa akibat dan bahayanya jika seorang Muslim yang mengaku beriman tidak mempelajari Tarekat?
Jawab : Jika seorang Muslim yang mengaku beriman hanya mempelajari Ilmu Syari’at saja dan tidak mempelajari Tarekat sampai akhir hayatnya, maka nanti pada saat sakaratul maut segala amalan Syari’atnya (shalat, puasa, zakat, dan haji) tidak akan dapat menolongnya. Menurut Al-Ghazali, yang dimaksud dengan sakaratul maut yaitu, dikatakan telah mati, nyawanya masih ada, dikatakan masih hidup, sudah tidak bisa apa-apa. Ada tujuh sifat maani pada Allah Taala yang telah dipinjamkan kepada manusia, diantaranya yaitu :
  1. Hayat, sedangkan pada manusia adalah yang dihidupkan.
  2. Ilmu, sedangkan pada manusia adalah yang diberi ilmu.
  3. Iradat, sedangkan pada manusia adalah yang diberi kehendak.
  4. Qudrat, sedangkan pada manusia adalah yang diberi kemampuan.
  5. Basar, sedangkan pada manusia adalah yang diberi penglihatan.
  6. Sama’ sedangkan pada manusia adalah yang diberi pendengaran.
  7. Kalam, sedangkan pada manusia adalah yang diberi kemampuan berkata-kata.
Setiap barang pinjaman, pasti akan kembali kepada pemiliknya. Maka pada saat sakaratul maut, Allah akan mengangkat sifat-Nya yang lima, yang telah ia pinjamkan kepada hamba-hamba-Nya, diantaranya yaitu sifat iradat, qudrat, basar, sama’ dan kalam. Maka tinggallah dua sifat yang masih tersisa pada saat sakaratul maut yaitu, sifat hayat dan ilmu. Maka pada saat sakaratul maut tidak ada yang dapat kita lakukan dan siapapun tidak akan ada yang dapat menolong kita sebagaimana firman Allah dalam surat as-Syuara ayat 88 :
يَوْمَ لاَيَنْفَعُ مَالٌ وَلاَبَنُوْنَ. اِلاَّمَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ.
Artinya : “Pada hari itu harta anak-anak laki-laki tiada berguna, kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”
            Jadi berdasarkan ayat di atas bahwa yang dapat menyelamatkan manusia pada saat sakaratul maut adalah hati yang bersih. Adapun yang dimaksud dengan hati yang bersih yaitu hati yang selalu mengingat Allah. Jadi jelaslah Ilmu Syari’at tidak berlaku dan tidak dapat digunakan pada saat sakaratul maut, sebab Ilmu Syari’at terkait dengan sifat iradat, qudrat, basar, sama’, dan kalam. Sedangkan kelima sifat tersebut telah diangkat  oleh Allah pada saat sakaratul maut. Oleh sebab itu Hadis Nabi yang berbunyi :
لَقِّنُواْ مَوْتَاكُمْ لاَاِلَهَ اِلاَّاللهُ
Artinya : “Bimbinglah orang yang hendak meninggal dunia dengan ucapan: la ilaha illallah”. (H.R. Muslim).
            Hadis di atas sesungguhnya diperuntukkan kepada orang yang akan mati, yaitu setiap orang yang masih hidup dan bukan kepada orang yang akan mati pada saat sakaratul maut. Hadis di atas merupakan peringatan kepada orang-orang yang masih hidup supaya mengenal Allah, sebab apabila kalimah la ilaha illallah dibisikkan kepada orang yang akan mati pada saat sakaratul maut tidak akan ada gunanya, sebab Allah telah mengangkat sifat sama’ (pendengaran) padanya, mata telah buta, anggota badan telah lumpuh dan kaku.
            Maka tiadalah yang dapat menyelamatkan manusia pada saat sakaratul maut selain dirinya sendiri. Apabila ia semasa hidupnya hanya mempelajari Ilmu Syari’at saja, maka binasalah ia, sebab Ilmu Syari’at tidak berlaku pada saat sakaratul maut. Lalu ilmu apakah yang berlaku pada saat sakaratul maut, maka jawabannya dapat diperoleh dari pantun yang berisi nasehat kepada manusia tentang sakaratul maut:
Pohon jelatang di tepi laut
Gugur bunganya dimakan ikan
Kalaulah datang si Malaikal maut
Ilmu apa yang akan digunakan
Orang nelayan pergi ke laut
Pukat dibawa penangkap ikan
Kalaulah datang si Malaikal maut
Ilmu Hakikat itulah gunakan
Kata bismillah asal mula jadi
Makrifat iman itulah nur Ilahi
Apalah gunanya ilmu dicari
Kalaulah tidak kenal diri
Pandang makrifat di dalam diri
Tempat terjadi ismu Ilahi
Amalan Syari’at belumlah berarti kali
Amalan hakikat itulah yang dibawa mati
            Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, bahwa Ilmu Hakikatlah yang berlaku pada saat sakaratul maut, sebab hanya dengan Ilmu Hakikatlah manusia dapat mengingat Allah. Apabila pada saat akhir hayatnya ia dapat mengingat Allah, maka inilah yang disebut dengan hati yang bersih/selamat (qalbin salim), yaitu tidak ada yang diingatnya selain Allah. Di sinilah penentuan apakah manusia itu masuk surga atau neraka. Apabila pada saat akhir hayatnya ia dapat mengingat Allah, maka surgalah baginya. Adapun orang yang tidak dapat mengingat Allah pada akhir hayatnya, maka nerakalah baginya.
            Adapun bagi orang yang dapat mengingat Allah, maka tidak ada hak bagi Malaikat maut untuk mencabut nyawanya. Allahlah yang langsung mencabut nyawanya sebagaimana firman Allah dalam surat az-Zumar ayat 42 :
اللهُ يَتَوَفَّى اْلأَنْفُسَ حِيْنَ مَوْتِهَا
Artinya : Allahlah yang mencabut nyawa orang yang mengingat Allah ketika matinya.”
Berdasarkan ayat di atas, Allahlah yang langsung mencabut nyawa orang yang dapat mengingat-Nya di saat wafatnya. Para sufi berkata bahwa sesakit-sakit orang yang dicabut oleh Allah nyawanya adalah seperti ia mengangkat takbir ketika hendak sembahnyang. Adapun cara Allah mewafatkan hamba-hamba-Nya yang dapat mengingat-Nya, maka Allah cukup hanya dengan memanggilnya, sebagaimana dijelaskan di dalam firman Allah dalam surat al-Fajri ayat 27-30 :
يَأَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةٌ. اِرْجِعِى اِلَى رَبِّكَ رَاضِيَةً مَرْضِيَةً. فَادْخُلِى فِى عِبَدِى. وَادْخُلِى جَنَّتِى.
Artinya : “Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku.”(Q.S. 89 al-Fajri: 27-30).
            Demikianlah penghargaan Allah bagi orang yang dapat mengingat-Nya pada saat wafatnya. Para Malaikat yang mengelilinginya hanya mengucapkan salam kepadanya dan menggiring ruh tersebut ke baitul makmur.
            Adapun bagi orang yang tidak dapat mengingat Allah pada saat wafatnya, maka Allah mewakilkan kepada Malaikat Maut untuk mencabut nyawanya, sebagaimana firman Allah :
قُلْ يَتَوَفَّكُمْ مَّلَكُ الْمَوْتِ الَّذِى وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ تُرْجَعُوْنَ.
Artinya : “Katakanlah Allah akan mewakilkan Malaikal maut untuk mencabut nyawamu, kemudian kepada Tuhanmulah kamu akan kembali”. (Q.S. 32 as-Sajadah: 11).
            Selanjutnya di dalam surat an-Nisa Allah menjelaskan orang yang bagaimana yang dicabut oleh Malaikat maut nyawanya, sebagaimana firman Allah :
اِنَّ الَّذِيْنَ تَوَفَّهُمُ الْمَلَئِكَةُ ظَالِمِى أَنْفُسِهِمْ
Artinya : “Sesungguhnya orang yang diwafatkan Malaikat maut adalah mereka yang menzalimi diri mereka sendiri”. (Q.S. 4 an-Nisa: 97).
            Berdasarkan penjelasan ayat di atas bahwa sesungguhnya orang-orang yang tidak dapat mengenal Allah pada hakikatnya adalah orang-orang yang menzalimi diri mereka sendiri. Adapun seenak-enak atau seringan-ringan Malaikat maut mencabut nyawa manusia adalah seperti kambing dikuliti hidup-hidup. Demikianlah jijiknya Allah terhadap orang yang tidak dapat mengingat-Nya, sehingga Allah mewakilkan kepada Malaikat maut untuk mencabut nyawanya.
            Demikianlah betapa meruginya orang-orang yang hanya mengandalkan amal Syari’at saja dan mengabaikan Hakikat. Orang-orang yang mengabaikan hakikat adalah oaring-orang yang menzalimi diri mereka sendiri. Hal ini disebabkan karena sesungguhnya mereka tidak mengenal yang mereka sembah. Inilah yang menyebabkan mereka tidak dapat kembali kepada Allah karena sesunggunya sewaktu di dunia mereka tidak pernah mengenal Allah.
            Adapun bagi orang-orang mukmin yang dapat mengingat Tuhannya semasa hidupnya di dunia, maka di yaumil mahsyar wajah mereka pada hari itu berseri-seri sebagaimana firman Allah :
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَّاضِرَةٌ. إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ.
Artinya : “Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri, kepada Tuhannyalah mereka melihat. (Q.S. 75 al-Qiyamah: 22-23).
Hadis Nabi SAW :
كُنَّاجُلُوْسًا مَعَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَظَرَ اِلَى الْقَمَرِ لَيْلَةَ اَرْبَعَ عَشَرَةَ فَقَالَ : اِنَّكُمْ سَتَرُوْنَ رَبَّكُمْ عَيَانًا كَمَا تَرَوْنَ هَذَاالْقَمَرَ لاَتُضَمُّوْنَ فِى رُؤْيَتِهِ فَإِنِ اسْتَطَعْتُمْ اَنْ لاَ تُغْلَبُوْا عَلَى صَلاَةٍ قَبْلَ طُلُوْعِ الشَّمْسِ وَصَلاَةٍ قَبْلَ غُرُوْبِهَا فَافْعَلُواْ.
“Kami pernah duduk bersama Rasulullah SAW, lalu beliau memandang rembulan tanggal empat belas, lantas bersabda, “Sesungguhnya kamu akan melihat Tuhanmu dengan terang sebagaimana kamu melihat rembulan itu. Kamu tidak akan ragu sedikitpun dalam melihat-Nya. Dan kalau kamu mampu janganlah terlalaikan melakukan shalat sebelum terbitnya matahari dan sebelum terbenamnya, maka kerjakan itu. (H.R. Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi).
            Adapun bagi orang-orang yang tidak dapat mengingat Allah semasa hidupnya di dunia, maka Allah akan mengumpulkannya dalam keadaan buta, bisu, dan pekak sebagaimana firman Allah :
وَنَحْشُرُهُمْ يَوْمَ الْقِيَمَةِ عَلَى وُجُوهِهِمْ عُمْيًا وَبُكْمًا وَصُمًّا مَّأْوَهُمْ جَهَنَّمُ.
Artinya : “Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu, dan pekak, tempat kediaman mereka adalah neraka jahannam”. (Q.S. 83 al-Isra’: 97).
           
كَلآَّ إِنَّهُمْ عَنْ رَبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّمَحْجُوبُونَ.
Artinya : “Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terlarang dari (melihat) Tuhan mereka.” (Q.S. 83 al-Mutaffifin: 15)
Demikianlah siksaan yang Allah berikan bagi orang-orang yang tidak dapat menggunakan mata, hati, dan pendengarannya untuk mengenal Allah semasa hidupnya di dunia. Adapun bagi orang-orang yang dapat mengingat Allah, maka Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga-Nya. Adapun bagi orang-orang yang tidak dapat mengingat Allah pada saat matinya, maka nerakalah baginya. Orang-orang yang tidak dapat mengenal Allah sewaktu di dunia, maka sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang buta di dunia dan di akhirat serta mereka akan dibangkitkan dalam keadaan buta pula sebagaimana firman Allah :
وَمَنْ كَانَ فِى هَذِهِ أَعْمَى فَهُوَ فِى اْلأَخِرَةِ أَعْمَى وَأَضَلَّ سَبِيْلاً
Artinya : “Barangsiapa yang buta di dunia ini, maka di akhirat nanti ia lebih buta lagi dan lebih sesat jalannya”. (Q.S. 17 al-Isra’: 72).
Sesungguhnya yang dimaksud dengan buta pada ayat di atas adalah butanya mata hati, sebagaimana firman Allah :
فَإِنَّهَا لاَتَعْمَى اْلأَبْصَرُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوْبُ اللّّتِيْ فِى الصُّدُوْرِ
Artinya : “Sesungguhnya yang buta itu bukanlah mata kepala, tetapi yang buta itu adalah mata hati yang ada di dalam dada.” (Q.S. 22 al-Hadid: 46).
            Berdasarkan penjelasan kedua ayat di atas, dapatlah kita ketahui bahwa sesungguhnya orang-orang yang tidak dapat mengenal Allah pada hakikatnya adalah orang-orang yang buta di dunia dan di akhirat kelak. Mereka akan dibangkitkan dalam keadaan buta. Ketauhilah sesungguhnya buta mata hati itu lebih parah daripada butanya mata kepala. Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mengutamakan Ilmu Syari’at dan mengabaikan Hakikat pada hakikatnya adalah membiarkan diri mereka dalam kebutaan dan tidak mengenal Tuhannya.
            ketauhilah, sesungguhnya hanya dengan mempelajari hakikatlah (bertarekatlah) manusia akan mengetahui bahwa hati yang bernama latifah robbaniyah itulah yang mengetahui tentang hakikat Allah Ta’ala dan tidak dapat dicapai oleh oleh khayal, pikiran serta sangka-sangka manusia. Dan hati  latifah robbaniyah itulah yang akan dihisab atau ditanyai oleh Allah Ta’ala kelak.


RINGKASAN DAN HIMBAUAN PENTING BAGI PARA PEMBACA
            Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa Tasawuf dan Tarekat adalah bagaikan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Orang yang bertarekat sudah barang tentu bertasawuf, namun orang yang mengkaji Tasawuf tanpa bertarekat adalah mustahil, bagaikan orang yang ingin menyeberangi lautan yang luas tanpa perahu. Oleh sebab itu Mempelajari Tarekat/Tasawuf Hukumnya adalah Wajib bagi setiap Muslimin dan Muslimat, sebab tanpa Bertarekat Sudah Pasti Sesat, sebab tidak mengenal yang disembahnya dan Allah tidak akan memberikan penilaian apa-apa terhadap amal ibadah yang mereka lakukan. Mereka akan dibangkitkan Allah dalam keadaan buta disebabkan butanya mata hati mereka dari mengenal Allah sewaktu di dunia dan tidak ada tempat bagi mereka (orang-orang yang tidak bertarekat) selain Neraka.
            Mengingat begitu urgennya, Tarekat/Tasawuf sebagai satu-satunya cara untuk mentauhidkan Allah, maka segala paham yang berupaya merongrong dan menolak ajaran Tarekat/Tasawuf adalah wajib ditolak. Ajaran Wahabi (yang saat ini menamakan diri mereka dengan paham Salafi atau sejenisnya) adalah salah satu paham yang harus diwaspadai, disebabkan kebencian mereka terhadap ajaran Tarekat/Tasawuf. Paham Wahabi dengan segala ajarannya harus dijauhi sebab dapat menyebabkan umat Islam menjadi sesat karena tidak mengenal Tuhan yang disembahnya. Sudah sewajarnya umat Islam menyadari bahwa segala tuduhan negatif yang dilontarkan kepada Ahli Tasawuf dan ajarannya adalah propaganda yang bersumber dari orang-orang yang awam dan sama sekali tidak paham tentang Tasawuf.
            Meskipun penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam membela Tarekat/Tasawuf dengan berdasarkan dalil naqli dan aqli serta telah menyebutkan bahwa bertarekat itu wajib hukumnya, namun lewat tulisan ini penulis juga menghimbau kepada para pembaca agar terlebih dahulu menguji atau meneliti kebenaran ajaran Tarekat yang akan diikutinya, karena tidak ada jaminan bahwa semua Tarekat itu benar-benar dapat menyampaikan pengenalan kepada Allah. Berdasarkan kriteria Tarekat yang telah penulis sebutkan kiranya dapat dijadikan pedoman untuk menyeleksi kebenaran Tarekat yang akan diikuti ajarannya. Semoga Allah menunjuki kita semua sehingga dapat membedakan mana yang haq dan mana yang bathil.



4 Responses so far

  1. Mempelajari Tarekat/Tasawuf Hukumnya adalah Wajib bagi setiap Muslimin dan Muslimat, sebab tanpa Bertarekat Sudah Pasti Sesat, Itu menurut pendapat anda apa pendapat Tuhan/Allah? Kok sudah mengklaim SESAT.

  2. saifuddin says:

    Terlebih dahulu saya ucapkan terima kasih kepada saudara Wisnu yang telah membaca artikel saya dan telah memberikan komentarnya. Inilah sebenarnya komentar yang paling saya harapkan, agar kita dapat saling bertukar pikiran.
    Jawaban :
    kalau anda bertanya kenapa saya mengklaim sesat kepada orang yang tidak bertarekat,itu adalah konsekwensi logis dari tuntutan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang mengaku beriman kepada Allah. statement tentang dihukumkan sesat bagi orang yang tidak bertarekat adalah statement saya berdasarkan dalil naqli : artinya saudara Wisnu mustahil dapat mengenal Allah tanpa bertarekat, sebab Allah ghaib, Malaikat ghaib, dan syetan pun ghaib, lalu bagaimana membedakan yang haq dan yang bathil. kalau anda merasa tauhidnya sudah sempurna, saya mau tanya sama saudara Wisnu, waktu anda sholat, bagaimana cara anda mengingat Allah ? kalau anda mengaku sudah bisa ingat Allah, di simpang mana saudara jumpa sama Allah ? untuk permasalahan ini silahkan baca artikel saya yang berjudul PEMBAHASAN TENTANG ZIKIR,

  3. saifuddin says:

    Jawaban Lanjutan :
    waktu sholat apa yang anda ingat, jujur saja, pasti yang saudara ingat macam2, ada baiknya saudara Wisnu terlebih dahulu membaca semua artikel saya supaya anda paham kenapa saya menghukumkan sesat orang yang tidak bertarekat, karena orang yang tidak bertarekat sudah pasti tidak mengenal Allah, maka orang yang tidak mengenal Allah sia-sia seluruh amal ibadahnya, karena ia tidak mengenal Tuhan yang disembahnya. itu sebabnya kenapa dihukumkan sesat, karena tidak mengenal Tuhan yang disembahnya. Memang secara tegas tidak ada disebutkan di dalam Al-Qur'an maupun Hadis bahwa bertarekat itu wajib hukumnya. Al-Qur'an dan Hadis hanya memberikan perintah kepada manusia untuk menyembah-Nya. tetapi bagaimana praktek dan caranya, Al-Qur'an dan Hadis tidak menjelaskannya karena hal tersebut terkait dengan praktek, yang dalam hal ini nabi telah mengajarkan praktek tata cara mengenal Allah tersebut kepada Ali Ibn Abi Thalib, dan kemudia Ali mengajarkan praktek tersebut kepada para tabiin, tabi'tabiin, terus sambung menyambung dari guru ke murid hingga ke para ulama mutaakhirin saat ini. itu sebabnya saudara tidak akan pernah jumpai baik di Qur'an maupun Hadis kalau mau kenal Allah tanya sama nabi, sebab nabi sudah wafat: Allah hanya memerintahkan di dalam surat an-Nahal ayat 43: fasaalu ahla zikri ingkuntum la taklamun: tanyakan pada ahli zikir (orang ahli mengingat Allah) jika kamu belum mengetahuinya. di dalam surat al-Maidah ayat 35 Allah berfirman : Hai orang2 yang beriman, carilah wasilah yang dapat menyampaikan kamu kepadanya. Hadis nabi ada mengatakan : sertakan dirimu kepada Allah, apabila kamu belum dapat menyertakan diri kepada Allah, maka sertakan dirimu kepada orang yang telah dapat serta Allah, maka ia akan mengenalkan kamu kepada Allah. Jadi berdasarkan ayat dan Hadis di atas cukuplah kiranya menjadi alasan logis (dalil aqli) kenapa bertarekat itu wajib hukumnya dan dihukumkan sesat orang yang tidak bertarekat. karena sudah pasti orang yang tidak bertarekat tidak dapat mengenal Allah yang disembahnya. jadi semua terpulang kepada saudara, apakah saudara mau jadi orang yang beriman (Islam disisi Allah dan Islam di sisi masyarakat) atau orang yang sesat (Islam di sisi masyarakat tetapi kafir di sisi Allah). Semoga Allah membukakan pintu hidayah kepada saudara, dan bila ada penjelasan saya yang belum jelas, silahkan anda bertanya, sebanyak apapun pertanyaan saudara, saya akan jawab sebanyak itu pula. Point penting yang harus kita sepakati dalam membahas masalah agama/tauhid adalah sepanjang yang saya jelaskan itu tidak menyimpang dari Al-Qur'an dan Sunnah (harus didasari Qur'an dan Hadis dalam setiap penjelasan) serta ajaran agama/tauhid tersebut harus logis (penjelasannya masuk akal), artinya tidak boleh ajaran agama itu bertentangan dengan akal. Bila dalam diskusi ini baik anda maupun saya telah sepakat dalam poin ini maka tentunya kita akan tetap berada di jalur kebenaran yang hakiki, yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya.
    Saya cukupkan penjelasan saya sampai disini, saya nantikan tanggapan dan komentar dari anda selanjutnya
    Wasalam

    Saifuddin

  4. tolong di posting silsilah tarekat sammaniyah ini, apakah tarekat ini dari jalu seikh samman madinah atau yg mana, thanks

Leave a Reply

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.