BIOGRAFI SYEKH MUDA AHMAD ARIFIN
Oleh : Saifuddin, M.A
Oleh : Saifuddin, M.A
A. Riwayat Hidup Syekh Muda Ahmad Arifin
Syekh Muda ahmad Arifin dilahirkan di Tanjug Morawa pada
tanggal 1 April 1937. Ayahnya bernama Abdul Qadir dan ibunya bernama Satiroh.
Ayahnya berasal dari daerah Aceh Tenggara dan ibunya berdarah Jawa. Beliau
adalah anak keempat dari enam bersaudara. Beliau dibesarkan dalam keluarga yang
taat pada agama. Ayah beliau bekerja sebagai guru agama.
Jenjang pendidikan formalnya
dimulai dengan memasuki SR (Sekolah Rakyat) pada umur 7 tahun di Padang Bulan,
Medan. Setelah menyelesaikan SR, ia melanjutkan pendidikannya ke STP (Sekolah
Teknik Pertama) di Sungai Kera, Medan dan selesai pada tahun 1953.
Didorong oleh cita-citanya
sejak kecil ingin menjadi seorang ulama, maka setelah menyelesaikan
pendidikannya di STP, ia melanjutkan pendidikan ke Pesantren Imam Ghazali yang
dipimpin oleh Dr.Syekh H. Jalaluddin yang berlokasi di Jl. Bogor no. 8,
Jakarta. Pada tahun 1962 ia menyelesaikan pendidikannya di pesantren tersebut.
Pada tahun 1966 Syekh Muda ahmad Arifin melanjutkan pendidikannya dalam bidang
Ilmu Hakikat di Perguruan Tinggi Imam Ghazali Jakarta selama dua tahun dan
memperoleh gelar “doktor” dalam bidang ruhaniah pada tahun 1968.
B. Belajar Tarekat Kepada Syekh Muda Abdul Qadim
Syekh Muda Ahmad Arifin
memulai pendidikan tarekatnya pada Syekh Muda Abdul Qadim pada tahun 1954 di
kampung Balubus. Balubus adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan
Dangung-Dangung, Kota Paya Kumbuh, Provinsi Sumatera Barat. Setelah lebih
kurang selama 16 tahun dalam bimbingan gurunya Syekh Muda abdul Qadim, maka
pada bulan Dzul Hijjah, bertepatan dengan bulan Februari 1970, ketika ia
mengikuti latihan suluk ketiga, sebagaimana disebutkan oleh gurunya ia
mengalami fana fillah (karam dalam zikrullah) selama tiga hari
tiga malam, mulai dari senin fajar sebeleum subuh hingga kamis fajar dan beliau
tersadar ketika azan Subuh dikumandangkan. Atas kemajuan yang diperoleh
muridnya, pada saat itu juga yang bertepatan pada bulan februari 1970, sang
guru memberikan gelar “syekh muda” kepada Ahmad Arifin yang pada saat itu
berusia 33 tahun, suatu gelar yang lazim diberikan kepada mereka yang dianggap
bisa membuka suluk dan telah mapan spiritualnya. Syekh Muda Abdul Qadim
memberikan kepadanya ijazah dan silsilah tarekat Sammaniyah.
Diantara murid-murid Syekh
Muda Abdul Qadim yang telah berhasil memperoleh ijazah dan gelar syekh adalah
Syekh Muhammad Thoib, Syekh Abdul Malik, Syekh Angko Mudo, Syekh Mukhtar
Tanjung, Syekh Ibrahim Bonjol, Syekh Baringin, dan terakhir adalah beliau
sendiri
C. Peran Syekh Muda Ahmad Arifin Sebagai Pengembang
Tarekat Sammaniyah
Beliau memulai dakwahnya di
daerah Padang Bulan Medan pada tahun 1970. beliau menanamakan majelis pengajian
yang dipimpinnya dengan nama “Majelis Pengajian Ihya Ulumuddin Tarekat
Sammaniyah”. Di dalam setiap ceramahnya dihadapan para jamaahnya ia selalu
menekankan keharusan memadukan antara syari’at dan hakikat sebagai sesuatu yang
padu bagaikan tubuh dan nyawa di mana antara keduanya tidak dapat dipisahkan.
Penegasan ini menjadi salah satu aturan dalam sistem tarekatnya.
Melalui murid-muridnya,
tarekat Sammaniyah tersebar ke berbagai daerah. Dalam rangka memperluas ajaran
tarekatnya, beliau membentuk komposisi kepengurusan tarekat Sammaniyah yang
dipimpinnya mulai dari tingkat kabupaten, kecamatan dan desa. Ia menunjuk
murid-muridnya untuk membantu tugas beliau dalam menyebarluaskan ajaran tarekat
Sammaniyah ke daerah-daerah. Muridanya banyak tersebar di berbagai daerah,
mulai dari Sumatera Utara, Aceh, Riau, Kepulauan Riau, pulau Jawa, bahkan
Malaysia.
6 Responses so far